Jumat, 27 Juni 2014

Objek wisata pejeng

Pejeng Desa Wisata

Seperti yang telah di ketahui gianyar sangat terkenal dengan desa wisatanya. Di gianyar teeradap begitu banyak tempat wisata seperti desa ubud, goa gajah ,  serta tirta empul di tampak siring. Selain tempat wisata tersebut masih ada satu lagi desa yang sangat bagus dan patut anda kunjungi sebagai salah satu desa wisata, yaitu desa pejeng.
Desa adat pejeng  berlokasi di antara dua sungai yaitu  di sebelah timur sungai pekerisan dan di sebelah barat sungai petanu.  Desa ini termasuk wilayah hukum kecamatan tampaksiring, kabupaten gianyar. Desa ini memiliki peninggalan sejarah dan purbakala yang kaya sekali. Sehingga para ahli sejarah dan purbakala menduga bahwa pejeng merupakan pusat kerajaan yang penting di bali, pada zaman kuno. Kenyataan ini di buktikan dengan diketemukannya pura pusat kerajaan, yakni pura penataran sasih dan pura pusering jagat, serta pura gunungnya yakni pura bukit penulisan .
Bentuk dan jenis peninggalan kuno  di desa pejeng adalah pura-pura , dan di dalam beberapa bangunan  pelinggihnya banyak di simpan arca-arca kuno. Beberapa peninggalan yang penting  di desa pejeng antara lain pura kebo edan, pura arjuna metapa, pura pusering jagat, pura penataran sasih, pura manik corong, candi kelebutan, pura ukur-ukuran, dan masih banyak lagi. Desa ini termasuk desa yang paling banyak memiliki pura beserta berbagai macam peninggalan sejarahnya. Namun disini saya akan menjelaskan tentang Pura Pusering jagat dan Pura penataran sasih.


Pura Penataran Sasih

Pulau Bali terkenal dengan keunikannya. Predikat sebagai pulau dewata memang tengah disandang. Pada tiap sudut terdapat banyak pura tempat suci yang merefleksikan symbol sembah sudut kepada berbagai manifestasi dan fungsinya menurut tatanan nilai yang ada. Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari sekian tempat di Bali yang memiliki banyak pura, salah satunya Pura Penataran Sasih yang tepatnya terletak di Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.

Pura Penataran Sasih merupakan pura yang memiliki sejarah penting serta termasuk salah satu pura kahyangan jagat atau pura utama di Bali. Pura ini menjadi terkenal karena adanya Nekara Perunggu yang sangat besar berukuran tinggi 186,5 cm dengan garis tengah 160 cm. Nekara Perunggu ini konon berasal dari zaman prasejarah dimana Nekara tersebut dikenal dengan nama Bulan Pejeng. Keunikan Bulan Pejeng terletak pada hiasannya yang berbentuk kedok muka yang disusun berpasangan dengan matanya yang besar terbelalak, telinganya yang panjang dan anting-anting yang terbuat dari uang kepeng dan hidungnya berbentuk segitiga yang menurut cerita adalah antingnya Kebo Iwa.
Nama Sasih berhububgan dengan adanya nekara perunggu yang terdapat di pura tersebut, yang dianggap sebagai bulan yang jatuh dari langit. Masyarakat menganggap bahwa nekara tersebut merupakan perwujudan Dewa atau Tapakan Bhatara, sehingga masyarakat meyakini dan menamakan nekara tersebut Ratu Sasih, yakni Dewi bulan. Pura Penataran Sasih telah ada sebelum pengaruh Hindu masuk ke Bali, kira-kira 300 M. Sedangkan pengaruh Hindu masuk ke Bali sekitar abad ke-8.
Tinjauan sejarah Pura Penataran Sasih dapat diungkapan berdasarkan beberapa peninggalan purbakala yang terdapat di pura tersebut, yakni: nekara, pragmen (pecahan prasati dari abad ke-10 M) dan arca yang memakai tahun Saka Candrasengkala 1264 (1342). Berdasarkan artefak tersebut dapat diketengahkan sebagai berikut; Nekara yang terdapat di Pura Penataran Sasih berasal dari masa “Bronze Iron Age” atau jaman perunggu-besi, sekitar 500 SM. Nekara pada masa tersebut dianggap mempunyai nilai magis. Bila nekara tersebut in situ (asli pada tempatnya) maka tempat di mana Pura Penataran Sasih terdapat pada masa prasejarah telah dianggap sebagai tempat keramat. Serta adanya fragmen prasasti yang diduga berasal dari abad ke- 10 Masehi menunjukkan bahwa Pura Penataran Sasih dipandang sebagai tempat suci yang memegang peranan yang penting pada masa tersebut.
Di Pura Penataran Sasih banyak terdapat peninggalan purbakala. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nekara:nekara perunggu yang berbentuk- dandang tertelungkup berasal dari masa prasejarah 500 SM.

2.Arca perwujudan Raja Bhatara  Guru II: perwujudan ini menggambarkan Dewi, diperkirakan perwujudan Ibu Seri dari Raja    Walanjaya Kertaninggrat.Arca ini berada di sebuah Pelingih Gedong dengan dua pintu dan pada ruang inilah terdapat dua Arca perwujudan sebagai stana Batara Guru dimana salah satu  dari arca ini memakai Candra Sangkala yang bertuliskan “Krta rasa tinggaling wong” serta menunjukan angka tahun Saka 1264 atau 1343 Masehi.

3.Arca Catur karya: arca ini sekarang disthanakan pada pelinggih di bagian selatan yang dinamakan pelinggih Bhatara Brahma.
Adapun mata pencaharian masyarakat setempat adalah bertani, berdagang dan karyawan. Hal ini terlihat dari banyaknya sawah di sepanjang jalan menuju pura ini, serta para pedagang yang ramai berjualan tepat di seberang jalan Pura Penataran Sasih.
Banyaknya warung makanan dan minuman, toko souvenir serta area parkir yang berada di seberang jalan pura ini, membuat pengunjung yang datang ke pura ini merasa nyaman karena mereka dapat bersantai sejenak setelah masuk ke dalam pura ini.  
Pura Penataran Sasih berjarak kira-kira 26 km dari Denpasar Bali, dan apabila anda ingin mengunjungi pura, anda hanya memerlukan waktu kurang lebih 50 menit untuk sampai ke tempat ini.

Pura Pusering jagat “Pusat Semesta” 

 

Tidak jauh dari pura penataran sasih juga terdapat pura yang bernama pura pusering jagat.. Pura Pusering Jagat termasuk pura yang memiliki arti penting bagi masyarakat Bali. Secara harfiah, kata Pusering Jagat sendiri memiliki arti “pusat semesta/dunia”. Pura Pusering Jagat termasuk salah satu dari enam pura kahyangan yang berposisi di tengah. Ditilik secara kosmologi Hindu, tengah dalam sthana (tempat bersemayam Dewa Siwa). Selain memiliki arti penting bagi penduduk sekitar, Pura Pusering Jagat juga banyak memiliki daya tarik sehingga banyak wisatawan asing maupun domestik yang datang.

Sejarah Pusering Jagat

Pura ini terletak di Desa Pejeng yang dimasa lampau merupakan pusatnya Kerajaan Bali Kuna. Banyak pendapat yang menduga bahwa kata “Pejeng” berasal dari kata”Pajeng” yang berarti payung. Dari Desa Pejeng inilah para raja Bali Kuna memayungi rakyatnya dengan penuh kasih sayang dan cinta damai. Namun, ada juga yang menduga kata pejeng berasal dari kata pajang (bahasa Jawa Kuna) yang berarti sinar. Diyakini, dari sinilah sinar kecemerlangan dipancarkan ke seluruh jagat.
Ditemukan bahwa dalam lontar-lontar Kuna, Pura Pusering Jagat juga dikenal sebagai Pura Pusering Tasik atau pusatnya lautan. Dibalik penamaan itu tentunya akan mengingatkan masyarakat Hindu pada cerita Adi Parwa yang banyak mengisahkan perjuangan para dewa dalam mencari tirta amertha (air kehidupan) di tengah lautan Ksirnawa.
Di pura ini banyak sekali terdapat arca yang menunjukkan bahwa Pura Pusering Jagat merupakan tempat pemujaan Siwa seperti Arca Ganesha (putera Siwa), Durga, juga arca-arca Bhairawa. Ada juga arca yang berbentuk unik karena menyerupai kelamin laki-laki (purusa) dan perempuan (pradana). Dalam konteks agama Hindu, keduanya yaitu Purusa dan Pradana ini merupakan yang pertama kali diciptakan Tuhan. Purusa merupakan benih-benih kejiwaan, sedangkan Pradana berupa benih-benih kebendaan. Pertemuan Purusa dan Pradana inilah melahirkan kehidupan dan harmoni.
Akses
Sama seperti Pura Penataran Sasih, Pura Pusering Jagat sangat mudah untuk ditemukan. Pura ini berada di pinggir jalan utama menuju Tampakiring.

Klasifikasi
Dua objek wisata ini tergolong objek wisata budaya dan sejarah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Wisata Budaya memiliki arti bepergian bersama-sama dng tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat. Beberapa contoh wisata budaya meliputi upacara adat, seni pertunjukan adat, ritual - ritual, peninggalan nenek moyang dan lain sebagainya. Selain itu, yang dimaksud wisata budaya yaitu salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Kenapa seperti itu karena sudah jelas yang terdapat di kedua pura ini adalah peninggalan-peninggal kuno yang berasal dari budaya penduduk sekitar pura tersebut. Peninggalan-peninggalan ini sangat disakralkan dan di upacarai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar