Pejeng
Desa Wisata
Seperti yang telah di ketahui
gianyar sangat terkenal dengan desa wisatanya. Di gianyar teeradap begitu
banyak tempat wisata seperti desa ubud, goa gajah , serta tirta empul di tampak siring. Selain
tempat wisata tersebut masih ada satu lagi desa yang sangat bagus dan patut
anda kunjungi sebagai salah satu desa wisata, yaitu desa pejeng.
Desa adat pejeng berlokasi di antara dua sungai yaitu di sebelah timur sungai pekerisan dan di
sebelah barat sungai petanu. Desa ini
termasuk wilayah hukum kecamatan tampaksiring, kabupaten gianyar. Desa ini
memiliki peninggalan sejarah dan purbakala yang kaya sekali. Sehingga para ahli
sejarah dan purbakala menduga bahwa pejeng merupakan pusat kerajaan yang
penting di bali, pada zaman kuno. Kenyataan ini di buktikan dengan
diketemukannya pura pusat kerajaan, yakni pura penataran sasih dan pura
pusering jagat, serta pura gunungnya yakni pura bukit penulisan .
Bentuk dan jenis peninggalan
kuno di desa pejeng adalah pura-pura ,
dan di dalam beberapa bangunan pelinggihnya
banyak di simpan arca-arca kuno. Beberapa peninggalan yang penting di desa pejeng antara lain pura kebo edan,
pura arjuna metapa, pura pusering jagat, pura penataran sasih, pura manik
corong, candi kelebutan, pura ukur-ukuran, dan masih banyak lagi. Desa ini
termasuk desa yang paling banyak memiliki pura beserta berbagai macam
peninggalan sejarahnya. Namun disini saya akan menjelaskan tentang Pura
Pusering jagat dan Pura penataran sasih.
Pura Penataran Sasih
Pulau Bali terkenal dengan
keunikannya. Predikat sebagai pulau dewata memang tengah disandang. Pada tiap
sudut terdapat banyak pura tempat suci yang merefleksikan symbol sembah sudut
kepada berbagai manifestasi dan fungsinya menurut tatanan nilai yang ada.
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari sekian tempat di Bali yang memiliki
banyak pura, salah satunya Pura Penataran Sasih yang tepatnya terletak di
Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Pura Penataran Sasih merupakan pura
yang memiliki sejarah penting serta termasuk salah satu pura kahyangan jagat
atau pura utama di Bali. Pura ini menjadi terkenal karena adanya Nekara
Perunggu yang sangat besar berukuran tinggi 186,5 cm dengan garis tengah 160
cm. Nekara Perunggu ini konon berasal dari zaman prasejarah dimana Nekara
tersebut dikenal dengan nama Bulan Pejeng. Keunikan Bulan Pejeng terletak pada
hiasannya yang berbentuk kedok muka yang disusun berpasangan dengan matanya
yang besar terbelalak, telinganya yang panjang dan anting-anting yang terbuat
dari uang kepeng dan hidungnya berbentuk segitiga yang menurut cerita adalah
antingnya Kebo Iwa.
Nama Sasih berhububgan dengan adanya nekara perunggu yang terdapat di pura
tersebut, yang dianggap sebagai bulan yang jatuh dari langit. Masyarakat
menganggap bahwa nekara tersebut merupakan perwujudan Dewa atau Tapakan
Bhatara, sehingga masyarakat meyakini dan menamakan nekara tersebut Ratu Sasih,
yakni Dewi bulan. Pura Penataran Sasih telah ada sebelum pengaruh Hindu masuk
ke Bali, kira-kira 300 M. Sedangkan pengaruh Hindu masuk ke Bali sekitar abad
ke-8.
Tinjauan
sejarah Pura Penataran Sasih dapat diungkapan berdasarkan
beberapa peninggalan purbakala yang terdapat di pura tersebut, yakni: nekara,
pragmen (pecahan prasati dari abad ke-10 M) dan arca yang memakai tahun Saka
Candrasengkala 1264 (1342). Berdasarkan artefak tersebut dapat diketengahkan
sebagai berikut; Nekara yang terdapat di Pura Penataran Sasih berasal dari masa
“Bronze Iron Age” atau jaman perunggu-besi, sekitar 500 SM. Nekara pada
masa tersebut dianggap mempunyai nilai magis. Bila nekara tersebut in situ (asli
pada tempatnya) maka tempat di mana Pura Penataran Sasih terdapat pada masa
prasejarah telah dianggap sebagai tempat keramat. Serta adanya fragmen prasasti
yang diduga berasal dari abad ke- 10 Masehi menunjukkan bahwa Pura Penataran
Sasih dipandang sebagai tempat suci yang memegang peranan yang penting pada
masa tersebut.
Di
Pura Penataran Sasih banyak terdapat peninggalan purbakala. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nekara:nekara perunggu yang berbentuk- dandang
tertelungkup berasal dari masa prasejarah 500 SM.
2.Arca
perwujudan Raja Bhatara Guru II: perwujudan ini menggambarkan Dewi, diperkirakan perwujudan Ibu Seri dari
Raja Walanjaya Kertaninggrat.Arca ini berada di sebuah
Pelingih Gedong dengan dua pintu dan pada ruang inilah terdapat dua Arca
perwujudan sebagai stana Batara Guru dimana salah satu dari arca ini
memakai Candra Sangkala yang bertuliskan “Krta rasa tinggaling wong” serta
menunjukan angka tahun Saka 1264 atau 1343 Masehi.
3.Arca
Catur karya: arca ini sekarang disthanakan pada
pelinggih di bagian selatan yang dinamakan pelinggih Bhatara Brahma.
Adapun mata pencaharian masyarakat
setempat adalah bertani, berdagang dan karyawan. Hal ini terlihat dari
banyaknya sawah di sepanjang jalan menuju pura ini, serta para pedagang yang
ramai berjualan tepat di seberang jalan Pura Penataran Sasih.
Banyaknya warung makanan dan
minuman, toko souvenir serta area parkir yang berada di seberang jalan pura
ini, membuat pengunjung yang datang ke pura ini merasa nyaman karena mereka
dapat bersantai sejenak setelah masuk ke dalam pura ini.
Pura Penataran Sasih berjarak
kira-kira 26 km dari Denpasar Bali, dan apabila anda ingin mengunjungi pura,
anda hanya memerlukan waktu kurang lebih 50 menit untuk sampai ke tempat ini.
Pura Pusering jagat “Pusat Semesta”
Tidak jauh dari pura penataran sasih juga terdapat pura yang bernama pura
pusering jagat.. Pura Pusering Jagat termasuk pura yang memiliki arti penting
bagi masyarakat Bali. Secara harfiah, kata Pusering Jagat sendiri memiliki arti
“pusat semesta/dunia”. Pura Pusering Jagat termasuk salah satu dari enam pura
kahyangan yang berposisi di tengah. Ditilik secara kosmologi Hindu, tengah
dalam sthana (tempat bersemayam Dewa Siwa). Selain memiliki arti penting bagi
penduduk sekitar, Pura Pusering Jagat juga banyak memiliki daya tarik sehingga
banyak wisatawan asing maupun domestik yang datang.
Sejarah Pusering Jagat
Pura ini terletak di Desa Pejeng
yang dimasa lampau merupakan pusatnya Kerajaan Bali Kuna. Banyak pendapat yang
menduga bahwa kata “Pejeng” berasal dari kata”Pajeng” yang berarti payung. Dari
Desa Pejeng inilah para raja Bali Kuna memayungi rakyatnya dengan penuh kasih
sayang dan cinta damai. Namun, ada juga yang menduga kata pejeng berasal dari
kata pajang (bahasa Jawa Kuna) yang berarti sinar. Diyakini, dari sinilah sinar
kecemerlangan dipancarkan ke seluruh jagat.
Ditemukan bahwa dalam lontar-lontar
Kuna, Pura Pusering Jagat juga dikenal sebagai Pura Pusering Tasik atau
pusatnya lautan. Dibalik penamaan itu tentunya akan mengingatkan masyarakat
Hindu pada cerita Adi Parwa yang banyak mengisahkan perjuangan para dewa dalam
mencari tirta amertha (air kehidupan) di tengah lautan Ksirnawa.
Di
pura ini banyak sekali terdapat arca yang menunjukkan bahwa Pura Pusering Jagat
merupakan tempat pemujaan Siwa seperti Arca Ganesha (putera Siwa), Durga, juga
arca-arca Bhairawa. Ada juga arca yang berbentuk unik karena menyerupai kelamin
laki-laki (purusa) dan perempuan (pradana). Dalam konteks agama Hindu, keduanya
yaitu Purusa dan Pradana ini merupakan yang pertama kali diciptakan Tuhan.
Purusa merupakan benih-benih kejiwaan, sedangkan Pradana berupa benih-benih
kebendaan. Pertemuan Purusa dan Pradana inilah melahirkan kehidupan dan
harmoni.
Akses
Sama seperti Pura Penataran Sasih,
Pura Pusering Jagat sangat mudah untuk ditemukan. Pura ini berada di pinggir
jalan utama menuju Tampakiring.
Klasifikasi
Dua objek wisata ini tergolong objek
wisata budaya dan sejarah. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Wisata Budaya memiliki arti bepergian
bersama-sama dng tujuan mengenali hasil kebudayaan setempat. Beberapa contoh
wisata budaya meliputi upacara adat, seni pertunjukan adat, ritual - ritual,
peninggalan nenek moyang dan lain sebagainya. Selain itu, yang dimaksud wisata budaya yaitu salah satu jenis
kegiatan pariwisata
yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Kenapa
seperti itu karena sudah jelas yang terdapat di kedua pura ini adalah
peninggalan-peninggal kuno yang berasal dari budaya penduduk sekitar pura
tersebut. Peninggalan-peninggalan ini sangat disakralkan dan di upacarai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar